Kamis, 07 Juni 2012

Lesson #4.7. Every behaviour has a positive intention

Setiap perilaku (dalam tubuh kita) selalu memiliki tujuan yang positif. Rasa kantuk yang menjengkelkan karena sering mengganggu kita saat pekerjaan masih banyak yang harus diselesaikan sedangkan deadline sudah dekat. Meski demikian, rasa kantuk itu sungguh mempunyai tujuan baik yaitu memberitahu kita agar beristirahat. Ketika kita tiba-tiba menjadi sering lelah dan tidak seperti biasanya, ternyata setelah periksa ke dokter diketahui hati (hepar) kita tidak sehat. Ketika kita sering-sering pusing, ternyata kita menderita tekanan darah rendah.

Setiap tanda-tanda dari tubuh kita sekalipun tampaknya buruk dan sering mengganggu, misalnya rasa sakit, gatal-gatal di kulit ketika ada kejadian tertentu, sering pusing, keringatan di tangan yang mengganggu, rasa malas, marah, rasa iri, rasa syukur, sabar, berserah diri, semua sikap dan perilaku itu semua bermanfaat bagi kenyamanan hidup manusia ketika kita meletakkan pada porsi dan tempatnya .

Ya Rabb, maa kholaqta haadzaa baathilaa, tidak ada yang sia-sia engkau ciptakan ini (semua).

Yang diperlukan adalah ketika gejala itu muncul kita segera bertindak mencari tujuan baik apa di balik gejala tersebut dan mengambil tindakan yang tepat demi kebaikan dan keharmonisan jalannya fungsi dalam sistem tubuh kita.

Dalam kehidupan yang lebih luas, hubungan antar manusia, presupposisi ini juga sangat berperan. Bahwa setiap perilaku seseorang memiliki niat yang positif. Ini tidak berarti bahwa segala sesuatu yang dilakukan seseorang adalah 100% positif – meskipun demikian niatnya diyakini selalu positif, minimal untuk dirinya sendiri.

Presupposisi ini menyadarkan kita untuk bisa berinteraksi yang lebih konstruktif dengan orang lain. Misalnya jika suatu saat kita mengendarai mobil dan tiba-tiba ada pengendara lain yang mendahului kita dengan cepat dan zig-zag terkesan tidak sopan, kita tidak perlu langsung marah2 dan mengeluarkan semua isi kebun binatang, tetapi bisa berpikir “Ooo mungkin istrinya mau melahirkan”.

Dengan presupposisi ini kita dikondisikan untuk lebih mudah berempati dan berpikir posisitf pada orang lain. Bayangkan betapa indahnya keharmonisan hubungan antar manusia ketika setiap orang bisa berempati dan lebih banyak interopeksi daripada buru-buru menyalahkan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar