Sabtu, 12 Mei 2012

Lesson #4.1. The Map Is Not The Territory

Bapak general semantics, Alfred Korzybski menyatakan, "Sebuah peta bukanlah wilayah yang sesungguhnya, tetapi jika benar, ia memiliki struktur yang mirip dengan wilayah itu, sehingga menjadi bermanfaat bagi pemiliknya", sebagai bahan rujukan untuk pengambilan keputusan. Peta yang dimaksud adalah persepsi pikiran kita dalam memandang dunia, dalam memandang sesuatu atau kejadian, dalam diskusi ini selanjutnya saya sebut sebagai Map.

Tidak ada satupun orang lain memiliki Map yang persis sama dengan Map kita meskipun melihat mendengar dan mengalami peristiwa yang sama. Apakah ini berarti bahwa persepsi kita tentang realitas adalah bukan realitas itu sendiri? Ya, persepsi kita tentang realitas sesungguhnya kita sendiri yang membuatnya menurut versi kita. Semua manusia memiliki struktur neurologis yang sama, namun karena Map yang berbeda itu maka fungsinya menjadi berbeda dalam mengendalikan hidup kita masing-masing. Ketika persepsi kita keliru maka tindakan kita jadi ikut keliru, dan ketika persepsi kita hebat maka tindakan kitapun jadi hebat. Dahsyat bukan? 

Map kita terbentuk dari pengumpulan data melalui lima indera.  Lima indera itu membawa hal-hal tertentu dari dunia luar sesuai dengan perhatian kita, dengan melalui proses neurologis atau filter, yang kemudian membentuk nilai-nilai, keyakinan, kriteria (aturan), dan kemampuan. Meskipun sering dilakukan secara sadar, namun sebagian besar waktu kita panca indera itu beroperasi di luar kesadaran, dan yang penting, kita sering tidak menyadari bahwa panca indera itu dapat diubah dan bisa kita kendalikan sehingga memperoleh informasi yang lebih berkualitas untuk hidup kita yang lebih berkualitas.

Ketika kita menuangkan cairan melalui sebuah saringan tidak semua benda lolos, mungkin ada bagian yang tertinggal. Demikian juga, informasi "yang mengalir masuk" dari dunia luar, adalah output dari saringan, ada yang kita hapus (informasi 'tidak dibutuhkan'), kita ubah (gambar jerapah dengan kepala gajah), dan kita generalisasi (semua orang berambut merah memiliki emosi berapi-api). Filter itu bekerja menghapus, mengubah, dan meng-generalisasi.

Generalisasi ini dasar untuk pembentukan keyakinan kita. Apa yang kita percaya tentang dunia membentuk bagaimana cara kita berinteraksi di dalamnya. Sering terjadi, keyakinan itu membatasi (memagari) kita, kadang menguntungkan tetapi kadang juga merugikan. Setelah mengenal presuposisi tentang Map ini kita menjadi perlu sering klarifikasi atas apa yang sudah kita yakini selama ini untuk memperbaiki kualitas hidup kita di masa mendatang. Karena tidak setiap apa yang kita yakini tentang orang lain, tentang diri kita sendiri adalah benar. Seperti misalnya apakah kita mampu atau tidak, apakah kita pandai, apakah kita bisa berhasil, apakah aku cantik atau tidak, apakah aku pantas atau tidak, apakah kita dibencinya atau dicintainya.

Ini hal mendasar dalam NLP khususnya komunikasi. Belajar mengenali struktur Map orang lain memungkinkan kita untuk "melihat dunia melalui mata mereka" kemudian memahaminya sehingga berhubungan dengan orang lain dengan rasa hormat. 

The Map is not the territory, presuposisi ini membantu kita untuk menumbuhkan kepercayaan dari pihak lain, kehangatan dan pengertian dengan teman, bahkan orang asing, dengan belajar apa yang perlu diketahui ketika berkomunikasi, dan mencegah kita dari memaksakan diri dari Map kita atas orang-orang di sekitar kita. Ketika kita ingin meyakinkan orang lain, yang diperlukan adalah memberitahunya bahwa ada alternatif lain tentang cara memandang sebuah permasalahan yang mungkin bermanfaat sebagai pengkayaan solusi dalam mengambil keputusan.

Disarikan dan dituangkan secara bebas dari Rex Steven Sikes from Idea Seminars, USA, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar